Banjir bandang bercampur lumpur dan tanah longsor telah mengharu-biru berbagai penjuru negeri selama beberapa Tahun terakhir ini. Fenomena negeri ini sudah seperti "JATAH MUSIMAN"(????). Walaupun banjir dan tanah longsor sudah menjadi bencana rutin setiap musim hujan, serta akibat yang ditimbulkannya benar-benar terasa luar biasa dan sangat memilukan, karena luasnya wilayah bencana, banyaknya korban jiwa dan serta kejadian yang beruntun dan hampir susul-menyusul, namun koq "GAK JERA" menanggulagi "KESADARAN" untuk antisipasinya??.Bencana ini bukan tidak ada alasannya....... kata Ebit G. Ade..."....dosa siapa.. ini dosa siapa...?... Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita......dst".

Tidak lain seluruh musibah di atas disebabkan oleh kerusakan hutan, khususnya penggundulan hutan di daerah perbukitan (ini belum termasuk kebakaran hutan yang tidak disengaja maupun yang disengaja). Kondisi ini dipicu oleh tingginya intensitas curah hujan. Bisa dibayangkan curahan air yang harusnya terdistribusi dalam waktu 30 hari, tercurah "KOMPAK" di hampir seluruh negeri selama 2-3 hari! Lahan terbuka dan rusak oleh proses penggundulan hutan pada kelerengan perbukitan sudah pasti tidak mampu menahan tingginya energi kinetik erosivitas hujan dan gerusan aliran permukaan (banjir) yang maha "DAHSYAT". Tanah yang telah terjenuhi oleh air hujan ini kemudian tidak stabil dan terjadilah longsoran itu.
Setiap bencana lingkungan terjadi, kita selalu diingatkan kembali, betapa kecil dan tidak berdayanya kekuatan manusia terhadap kemurkaan alam. Jika alam murka, manusia tidak berdaya’.
No comments:
Post a Comment